Dua Alumnus UIN Jakarta Berbagi Pengalaman di Wisuda 132
Dua Alumnus UIN Jakarta Berbagi Pengalaman di Wisuda 132

Auditorium Harnas, Berita Kemahasiswaan Online-- Dua alumnus, Bambang Prihadi dan Syafiq Hasyim, turut hadir mewakili alumni pada wisuda sarjana ke-132 UIN Jakarta.

Keduanya hadir untuk memberikan testimoni inspiratif, pengalaman mereka dalam meniti karir, sekaligus memberikan motivasi bagi para sarjana baru S1, S2, dan S3 UIN Jakarta.

Bambang Prihadi, S.Hum. yang memberikan sambutan alumni pada Sabtu (8/6/2024) merupakan lulusan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta (2002).

Pendiri Lab Teater Ciputat (2005) ini berprestasi mendapatkan Art Grant dari Japan foundation dalam pelatihan keaktoran Metode Tadashi Suzuki (2015) dan meraih anugerah IKALUIN Award (2024) kategori Seni dan Budaya. Bambang saat ini masih menjabat sebagai Ketua Harian Dewan Kesenian Jakarta.

Bambang Prihadi dalam sambutannya menukil lirik kata mutiara Imam Syafii, “Aku melihat air yang tergenang akan tercemar dan membusuk. Jika saja air tersebut mengalir, tentu ia akan jernih dan menyegarkan. Tidak demikian jika ia tidak mengalir.”

“Ini yang menjadi spirit dan sebentuk refleksi perjalanan hidup saya selama ini,” ujar Bambang.

Cita-cita dan harapan, lanjutnya, bagaikan air yang mengalir. Keduanya harus diwujudkan melalui kerja keras, pergaulan, sikap menerima atas siapapun dan apapun yang datang dalam perjalanan hidup, melalui kelegaan jiwa untuk terus memberi dan berkontribusi demi kemaslahatan umat.

“Sebaliknya apabila cita-cita dan harapan hanya selesai dalam imajinasi kita, maka dia akan menguap dan mudah terdistorsi oleh kepentingan sesaat,” tegasnya.

Ditambahkannya, kepentingan individu yang hanya untuk menggugurkan tugas dan janji. Cita-cita dan harapan mesti teruji di medan juang. Dalam kehidupan sosial atau lingkungan terdekat kita.

Menurut Bambang, tantangan terbesar para alumni baru adalah memastikan arah hidupnya ke depan. Apapun pilihan profesinya adalah sah dan mulia.

“Jangan sekali-kali pilihan profesi karena dibebat oleh hitungan pendapatan atau gaji. Profesi menurut saya adalah pilihan media ekspresi manusia dan ruang berkhidmat serta jalan hidup untuk bertemu dengan-Nya,” imbuhnya.

Profesi bukanlah sebuah jabatan semata dan bukan pula strata akademik. Maka apapun bentuk profesi yang kita pilih, seyogjanya mensyaratkan kecenderungan dan fashion kita. Ada cinta di sana, ada resiko, duka cita dan tantangan yang sudah kita terima sebagai bagian dari perjalanan untuk mencapainya. Bila anda pulang ke kampung, maka jadilah yang terbaik, yang menginspirasi dan berguna bagi banyak orang.  Pilihan profesi itu jadi jalan hidup kita untuk bertemu dengan-Nya.   

Apabila kita sudah meyakini jalan hidup atau profesi yang kita pilih. Ternyata itu adalah baru level pertama. Selanjutnya banyak sekali tangga dan jalan menikung. Perlu reorientasi dan mempertanyakan ulang pilihan hingga dapat menguatkan visi, dan alasan kenapa kita memilih itu. Ini akan muncul bila kita terus membawa cita-cita kita mengalir menuju muara. Perlu strategi, perlu jejaring dengan berbagai cara. 

Strategi dan jejaring, menjadi penanda gairah kita untuk sampai pada apa yang kita ingin capai. Semakin lentur dan luas kita berjejaring maka semakin nampak kegigihan kita. Semakin banyak strategi yang kita susun secara kreatif dan tak lelah untuk mengevaluasinya maka semakin terbuka berbagai kemungkinan untuk sampai pada muara yang kita ingin tuju. Prinsipnya hIdupilah tempat dan ruang yang kita diami. Maka ruang dan tempat itu akan menghidupi kita dan memberi arti pada kehidupan kita.

Proses menjadi penting dan utama sebagai keinsyafan kita sebagai manusia yang tak pernah selesai belajar. Hingga bagai mendayung menuju garis cakrawala, kita tak akan pernah sampai padanya, tapi kita akan mendapati banyak kepercayaan dan keberkahan dari lingkungan dimana kita hadir.

Sukses untuk teman-teman alumni baru. Selamat bergabung di IKALUIN Jakarta. Di organisasi alumni itu kita akan menjumpai banyak alumni yang telah berkhidmat di ruang profesinya masing-masing yang terpaut emosional dengan kampus tercinta ini. Karenanya berkenalanlah dengan mereka. Pelajarilah duka cita mereka dalam proses menuju cita citanya.

Sementara pada Ahad (10/6/24) sambutan disampaikan Dr. Phil. Syafiq Hasyim, M.A. alumnus Fakultas Ushuludin UIN Jakarta (1996). Syafiq aktif di dunia akademisi sebagai tenaga pendidik dan penulis.

Sebagai dosen, Syafiq mengajar di beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta. Karyanya sebagai penulis juga cukup banyak, antara lain terbit dalam bentuk buku, artikel maupun jurnal ilmiah. Kini peraih anugerah IKALUIN Award (2024) kategori Pemikiran Keagamaan tersebut dipercaya menjabat sebagai Vice Rector of Academic and Student Affairs and Human Resources at The Indonesia Internasional Islamic (IIIU).

Syafiq Hasyim dalam testimoninya menyatakan, bahwa hari ini adalah hari yang sengat membahagiakan karena proses belajar sudah selesai, namun menantang karena setelah selesai lalu mengapa atau bagaimana selanjutnya? Saya diminta untuk memberikan motivasi, meski kurang percaya dengan motivasi. Saya lebih meyakini arti sebuah proses dan bagaimana hasil dari proses tersebut sangat bergantung andil kita di dalamnya.

Dalam kilas baliknya ketika memutuskan untuk kuliah di IAIN Jakarta pada awal 1990, bahwa di antara daya tarik dan salah satu kelebihan IAIN Jakarta adalah pengajaran rational and critical thinking. Bagi orang seperti saya di mana ketika masuk ke IAIN ilmu-ilmu dasar dan alat untuk belajar Islam sudah bukan masalah lagi, maka rational and critical thinking dan juga bahasa Inggris adalah yang saya butuhkan.

Saya belajar banyak dari enabling intellectual environment IAIN Jakarta berupa kelompok-kelompok studi seperti Formaci, Flamboyan Shelters dan masih banyak lagi. Kami terpicu itu bahkan saya sempat menjadi pendiri dan ketua kelompok Studi Piramida Circle. Piramida Circle ini didirikan sebagai  kelompok studi untuk teman-teman yang secara kultural memiliki latar belakang NU dan juga sebagai wadah teman-teman PMII karena saat itu hanya kami yang belum memiliki kelompok studi. Bersama-sama dengan aktivis-aktivis NU saat itu kami yakin kelompok studi ini akan baik bagi perkembangan kader intelektual NU.

Rational dan critical thinking yang membekali saya untuk kemudian berkipirah di dunia aktivis dan intelektual menulis di Koran, menulis buku, dan lain-lain. Lalu saya belajar ke Leiden University untuk S2 dan kemudian S3 ke Berlin Graduate School of Muslim Cultures and Societies atas beasiswa German Research Foundation (berhasil masuk ke Cluster of Excellence  dari pemerintah Jerman dalam bidang studi Islam).

Pulang dari Jerman dengan harapan mengajar karena kalau sudah jadi doktor maka pekerjaan yang wajib adalah mengajar, saya kemudian mengajar di UIN meski sebagai dosen honorer. Lalu saya pergi ke Singapore menjadi visiting fellow di RSIS NTU Singapore selama setahun  (2018-2019). Kemudian saya meneruskan menjadi visiting Fellow di ISEAS-Yusuf Ishak Singapore 2020 sampai sekarang.

Suatu saat ketika saya masih di Singapore, Prof. Komaruddin Hidayat mengajak saya untuk gabung ke UIII dengan syarat saya harus meninggalkan Singapore sementara itu saya sedang memulai pekerjaan baru dengan ISEAS-Yusuf Ishak. Selain itu saya terbiasa dengan gaji besar di Singapore, apakah saya bisa gabung dengan UIII. Niat insun saya bergabung dengan UIII sampai sekarang,

Dengan pengalaman pribadi ini saya ingin mendorong teman-teman sekalian, apabila ingin berkarir dalam dunia profesional, maka lakukanlah. Bekal yang diajarkan oleh guru-guru kita insya Allah sudah cukup. Bagi adik-adik yang ingin menjadi peneliti, dosen, policy makers, government job, dan lain-lain, maka lakukanlah juga. (Agus Salim)