Langkah Preventif Kampus Hadapi Potensi Megathrust di Indonesia
Auditorium Harun Nasution, Berita Kemahasiswaan Online – Korps Sukarela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) UIN Jakarta menyelenggarakan Seminar Nasional yang bertajuk “Megathrust Alert: Langkah Preventif Menuju Indonesia Siaga” digelar di Auditorium Harun Nasution, UIN Jakarta pada Kamis (19/12/2024). Seminar tersebut berkolaborasi dengan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa.
Seminar tersebut menghadirkan berbagai narasumber kompeten di bidang kebencanaan dan mitigasi, di antaranya Juperta Janji sebagai Deputi Direktur 1 Program Sosial Kemanusiaan & Dakwah Dompet Dhuafa, Sutiyono sebagai Ketua Tim Geofisika BMKG Wilayah. Lalu, Dadang Sudrajat sebagai Analisis Kebencanaan Ahli Media BNPB, Karlo Purba sebagai Program Direktur ADRA, dan Ahmad Arif selaku Wartawan Kompas Media.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Jakarta, Prof. Ali Munhanif, M.A., Ph.D menyampaikan, seminar tersebut sangat penting untuk meningkatkan kesadaran akan isu kebencanaan dan langkah-langkah mitigasi yang perlu diambil.
"Bencana adalah bagian dari hukum alam yang tidak bisa dihindari, tetapi bagaimana kita menyikapinya dan bagaimana kita mengantisipasi itu yang harus kita pahami," ujar Ali, Kamis (19/12/2024).
Selain itu, Prof. Ali juga menambahkan, seminar tersebut sangat diperlukan untuk membangun ekosistem bencana, yaitu sistem respons yang melibatkan negara, masyarakat, dan semua institusi terkait dalam menghadapi bencana.
"Dengan adanya seminar ini, diharapkan UIN Jakarta dan mahasiswa semakin terlibat dalam penyebaran pengetahuan mengenai kebencanaan," tambahnya.
Pemaparan materi pertama disampaikan oleh Juperta Janji yang membahas pentingnya peran filantropi dalam membangun kesiapsiagaan menghadapi megathrust. Juperta menekankan, kerja-kerja filantropi dalam konteks bencana sangat penting untuk membantu masyarakat yang rentan dan kurang mampu dalam menghadapi bencana besar seperti megathrust.
Selanjutnya pemateri kedua, Sutiyono, menyampaikan materi mengenai peran dan target dalam menyampaikan Early Warning System (EWS). Menurutnya, penting bagi masyarakat untuk mengenali potensi bencana yang ada di wilayah masing-masing.
"Megathrust di Selat Sunda itu nyata, tetapi kapan dan di mana terjadinya kita belum tahu karena belum terdeteksi," ungkap Sutiyono, Kamis (19/12/2024).
Sutiyono menambahkan, setelah gempa megathrust terjadi, tsunami akan mengikuti dalam waktu singkat, sehingga sistem peringatan dini menjadi sangat krusial untuk menyelamatkan nyawa.
Sesi selanjutnya, Dadang Sudrajat, menjelaskan tentang manajemen bencana. Ia menyatakan, bencana tidak bisa dihindari, tetapi mitigasi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan bisa dilakukan.
"Siklus bencana terdiri dari pra-bencana, bencana, dan pasca-bencana. Kewaspadaan sebelum bencana sangat penting agar risiko bisa dikurangi," ungkap Dadang, Kamis (19/12/2024).
Kemudian, Karlo Purba, berbicara mengenai analisis dampak gelombang seismik gempa megathrust di Selat Sunda.
"Gelombang seismik gempa megathrust diperkirakan akan mencapai Tangerang Selatan dengan jarak sekitar 150 km dari Selat Sunda. Setelah gempa terjadi, ada waktu sekitar 16 hingga 18 menit sebelum tsunami tiba di pantai, yang memberikan waktu terbatas untuk evakuasi," jelas Karlo, Kamis (19/12/2024).
Pemaparan terakhir disampaikan Ahmad Arif. Ia menyampaikan tentang pentingnya peran media dalam memberikan informasi mengenai megathrust dengan bijak. Ia menekankan, media memiliki tanggung jawab besar dalam menyebarkan informasi yang jelas, akurat, dan bijak kepada masyarakat.
“Tujuannya agar dapat mengurangi kecemasan dan mempersiapkan mereka untuk bertindak dengan tepat,” pungkasnya.
Reporter: Mustika Pertiwi/Syarifah Nur Kholidah.