Pancasila sebagai Ruh Persatuan: Dari Pertemuan hingga Multikulturalis
Pancasila sebagai Ruh Persatuan: Dari Pertemuan hingga Multikulturalis

Pertemuan adalah kabar. Begitu orang orang zaman dahulu menjelaskan arti pertemuan dalam sebuah proses penantian yang tidak terukur. Bagi orang orang, pertemuan adalah sebuah awal dari kisah selanjutnya. Pertemuan merupakan titik awal dari peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Dari pertemuan, dimulailah berbagai perasaan senang, sedih, haru, tawa, bahagia, dan seterusnya. 

Menghindari Konflik Melalui Pertemuan

Kita mengetahui sebagaimana manusia yang pada dasarnya memiliki pikiran dan emosi, kita dikelilingi dengan berbagai asumsi. Asumsi hadir dikarenakan mekanisme kinerja otak yang berjalan mendinamisir berbagai informasi dan data yang dikumpulkan oleh pikiran. Lewat kerja otak yang cepat, kita bisa menyimpulkan suatu hal dengan menilai baik atau buruknya sesuatu.

Kadang kala, asumsi yang dimunculkan lewat berbagai informasi menimbulkan berbagai prasangka terhadap sesuatu. Misalnya, dengan analisa yang kita buat dalam pikiran, kita dapat berasumsi sesuatu itu berdampak baik atau buruk bagi kita. Nyatanya, seringkali hal-hal yang bersifat negatif muncul dari benak kita berupa asumsi yang tidak lengkap seperti prasangka buruk terhadap sesuatu atau seseorang. Hal ini bisa terjadi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan terhadap sesuatu tersebut. Dengan asumsi yang buruk, pikiran akan membawa kita pada peristiwa yang berbahaya seperti konflik. Seringkali konflik terjadi karena ketidakpahaman kita terhadap sesuatu. Artinya, diperlukan pengetahuan yang lengkap untuk mengurangi potensi konflik.

Pengetahuan sejatinya akan membantu kita untuk memproses arah asumsi kita ke arah yang positif. Pengetahuan ini bisa didapatkan melalui pengalaman yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan belajar untuk memahami sesuatu yang baru atau beda, kita akan mulai memahami mengapa sesuatu terjadi, mengapa orang bisa berbeda pandangan dengan kita, mengapa hal yang kita anggap tabu bisa terjadi di hadapan kita, dan seterusnya.

Dengan pengetahuan, kita bisa lebih mengedepankan toleransi terhadap sesuatu yang dianggap baru bagi diri kita. Disinilah letaknya kebijakan. Kita diajarkan untuk bisa menerima keadaan sebab sesuatu itu terjadi karena sebuah alasan sehingga seyogyanya kita akan memikirkan terlebih dahulu untuk memahami dan mencari tahu informasi daripada langsung menjustifikasi sebuah kejadian.

 

Multikulturalisme Sebagai Medium Perdamaian

Multikulturalisme adalah suatu pandangan atau kebijakan yang mengakui, menerima, dan menghargai keberagaman budaya dalam satu masyarakat. Dalam konteks sosial dan politik, multikulturalisme bertujuan menciptakan harmoni di antara kelompok-kelompok etnis, agama, bahasa, dan budaya yang berbeda. Karena itulah, multikulturalisme sering dianggap sebagai medium perdamaian yang mana juga berarti sebagai sebuah sarana atau jalan menuju masyarakat yang damai, adil, dan inklusif.

Sebuah masyarakat multikultural ditandai dengan adanya kehidupan masyarakat majemuk yg berlatar belakang dari berbagai suku, budaya, agama, etnis dan bahasa. Mereka hidup dalam satu tempat dimana mereka dapat berinteraksi dengan bebas dan saling menerima perbedaan satu sama lain. Perbedaan bagi mereka adalah wadah pembelajaran untuk memahami satu sama lain dan pada tahap yang sempurna, masyarakat multikultural dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan baik bersama sama. Dari interaksi ini, masyarakat multikultural cenderung memiliki sikap toleran yang tinggi sehingga potensi konflik yang terjadi sangatlah kecil.

Tidak berkonflik artinya berdamai. Semua orang pasti mengharapkan perdamaian. Perdamaian dapat diwujudkan dengan interaksi antara manusia yang berlangsung secara intens dan intim. Interaksi ini terjadi karena manusia mulai untuk saling mengenal dan memahami manusia lainnya.

Sebagai contoh, SMK Bakti Karya Parigi menyediakan beasiswa penuh untuk siswa-siswi dari berbagai macam latar belakang suku, etnis, budaya, agama dan bahasa. Hingga saat ini, SMK Bakti Karya Parigi memiliki siswa dari 28 provinsi dengan lebih dari 40 suku yang tersebar di seluruh indonesia.

Siswa-siswa smk SMK Bakti Karya Parigi ditempa untuk menjadi siswa yang bukan hanya memiliki kemampuan akademik namun juga menjadi manusia utuh yang memiliki rasa kemanusiaan tinggi. Rasa ini diwujudkan dengan konsep sekolah multikultural. Mereka belajar bukan hanya di kelas. Dengan pergaulan berbagai macam latar belakang siswanya, siswa SMK Bakti Karya Parigi belajar untuk memahami kehidupan teman-temannya selama pendidikan 3 tahun di sekolah dan diluar sekolah.

Menemukan Pancasila

Pancasila adalah titik temu persatuan bangsa. Dalam sesi Gelar Karya Pelajar Pancasila bersama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Komisi XIII DPR Ri di SMK Bakti Karya Parigi pada 10 Agustus 2025, para narasumber membahas relevansi Pancasila dalam kehidupan masyarakat, konteks bernegara, serta perjalanan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Direktur Pengkajian BPIP, Muhammad Sabri, menyebut Pancasila sebagai “ruh kebangsaan” yang memberi jiwa pada persatuan Indonesia. 

Mengutip Sukarno, Sabri mengingatkan bahwa esensi Pancasila adalah gotong royong, namun ia menambahkan perspektif pribadi bahwa inti terdalam Pancasila adalah cinta. Cinta yang bisa tumbuh merupakan buah dari pertemuan-pertemuan yg dirawat setelah sekian lamanya. Dengan cinta, orang-orang akan saling menyayangi, peduli dan bekerja sama satu sama lain. Itulah ruh dari Pancasila.

Pertemuan dengan banyaknya orang Indonesia dari berbagai macam latar belakang, akan mengajarkan kita betapa Pancasila menjadi melting pot bagi seluruh bangsa Indonesia. Tiap orang mungkin memiliki interpretasi masing-masing mengenai sila-sila dalam Pancasila. Namun pada dasarnya, pertemuan mereka dalam naungan Pancasila telah membuktikan bahwa Pancasila adalah pemersatu bangsa Indonesia.

Penulis: Arman/Muhammad Naufal Waliyyuddin | Fotografer: Narasumber | Editor: Muhammad Haikal Aby